Испания

все об Испании, достопримечательности, испанская кухня, информация для туристов на www.spaingid.com.

Day: December 18, 2019

Fotografer National Geographic Pemenang Award, Andrew Suryono

Fotografer National Geographic Pemenang Award, Andrew Suryono – Sering terlintas, soal pertanyaan seperti apakah proses kreatif yang dilalui seorang fotografer alam/nature/landscape. Anehnya, tiap kali melihat hasil fotografi dari ranah tersebut, kita bisa merasakan elemen personal yang kuat namun selalu bisa dinikmati tanpa usaha banyak.

Membayangkan proses mengabadikan gambarnya saja bisa membuat kita berandai-andai untuk travelling ke tempat-tempat menarik di tiap irisan dunia. Daripada terus saja bertanya-tanya sendiri, Crafters kali ini mendapatkan kesempatan untuk ngobrol dengan Andrew Suryono, seorang fotografer National Geographic yang telah bekerja di sana sejak tahun 2016 dan telah mendapatkan berbagai pengalaman serta penghargaan di luar negeri. poker asia

Fotografer National Geographic Pemenang Award, Andrew Suryono

Andrew sendiri hingga saat ini masih terus belajar, mengembangkan teknik-teknik fotografinya. Dia pun sudah menulis sebuah buku yang berjudul Traffic Light Photography System yang ditujukan untuk para fotografer berkembang yang ingin mengerti proses-proses fotografi andalan seorang Andrew Suryono. https://www.mrchensjackson.com/

Dalam wawancara, kami juga bicara tentang perjalanan, prestasi, kritik dan impian Andrew untuk memotret beberapa keindahan alam di dunia. Ia juga, memberi tips dan saran untuk para fotografer yang siap terjun ke industri fotografi lewat beberapa cara dari pandangannya.

Bagaimana cerita awal tertarik dengan fotografi?

Sebenarnya saya belajar fotografi secara tidak sengaja. Saya ceritakan dari awal.

Saya kuliah jurusan teknik industri di Amerika dan lulus dari salah satu Universitas terbaik di sana. Setelah lulus, saya mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan besar di Amerika. Life was all set, saya pikir. Saya pikir hidup saya bakal seperti ini sampai saya tua nanti. Ternyata, setelah bekerja di dunia korporasi selama hanya 6 bulan, saya merasa bekerja di dunia korporasi bukan jalan hidup yang ingin saya tempuh. Saya merasa konyol kalau harus menghabiskan waktu hidup saya bekerja di dalam kantor, di depan komputer, setiap hari mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Rutinitas ini seperti penjara bagi saya dan lama kelamaan ini sangat membosankan!

Karena bosan, saya mulai belajar tentang e-Commerce di waktu luang karena saya ingin bekerja secara mandiri nantinya. Di pelajaran e-Commerce itu disebut bahwa foto adalah elemen yang paling penting yang bisa membantu penjualan barang.

Mulailah saya belajar tentang fotografi secara sederhana; beli tripod, lightbox dan pocket camera. Saya belajar tentang pencahayaan, white balance, exposure dan komposisi untuk membuat produk yang saya jual lebih menarik. Bagi saya hal-hal teknis di fotografi cukup mudah dimengerti karena saya memiliki background teknik. Selama proses pembelajaran fotografi ini, saya sangat senang dan merasa punya passion yang kuat di sini.

Mulailah saya tertarik untuk mengaplikasikan skill baru saya di luar product photography. Saya memakai ilmu baru saya untuk memfoto keluarga, landscape, event, travel dan apa pun yang bisa saya temukan! Di sini saya benar-benar keasyikan. Belajar fotografi bukan suatu beban bagi saya melainkan hobby yang membuat saya rileks dan senang setelah bekerja. Kebanyakan saya belajar secara autodidak, tapi saya pernah sekali ambil kelas fotografi di Amerika karena saya ingin mendalami digital editing.

Lama kelamaan skill fotografi saya terus meningkat secara tidak saya sadari karena saya selalu happy belajar, punya passion yang kuat dan rajin praktek. Sesudah menguji skill saya di fotografi dengan memenangkan banyak penghargaan internasional, saya putuskan untuk menjadikan fotografi full-time career saya. Sekarang saya terus melakukan publikasi internasional dan mengajar fotografi. Saya memiliki murid dari berbagai negara mulai dari Indonesia, Belanda, Australia, dan Amerika.

“Alat terpenting adalah visi saya. Jika tidak ada visi ini, punya kamera paling mahal pun tidak akan bisa menghasilkan karya yang indah.” pernyataan beliau.

Seperti apa cerita awal ketika menjadi fotografer di National Geographic?

Awalnya saya suka membaca buku dan majalah National Geographic sebagai sumber inspirasi saya. Selain foto-foto yang luar biasa, saya suka mission statement mereka: “We believe in the power of science, exploration and photography to change the world.” Sambil terus belajar dan berlatih fotografi, mimpi saya adalah suatu hari foto saya bisa dipublikasikan oleh National Geographic bersama dengan fotografer-fotografer ternama lainnya.

Fotografer National Geographic Pemenang Award, Andrew Suryono

Mimpi ini menjadi kenyataan di tahun 2016. Di tahun ini, saya menerima penghargaan “Honorable Mention” di kompetisi internasional National Geographic dengan foto saya “Orangutan in The Rain.” Berita ini sempat membuat dunia internet di Indonesia heboh. Salah satu media pertelivisian sempat mewawancarai saya, live on TV, tentang kemenangan saya di kompetisi National Geographic ini.

Di akhir tahun 2018 mimpi indah itu menjadi semakin luar biasa. Setelah mendapat banyak respons positif dari pelanggan, National Geographic mengontak saya lagi. Kali ini mereka memutuskan untuk mengajak saya kerja sama untuk menjual foto saya di seluruh galeri foto mereka di Amerika. Mereka mempunyai 9 galeri foto di sana dan semuanya terletak di kota-kota besar seperti New York, Las Vegas, Florida dan Hawaii.

Akhir November 2018, National Geographic mengundang saya untuk mengadakan acara Meet and Greet (jumpa fans) di 3 galeri mereka di Amerika di Las Vegas, Laguna Beach dan La Jolla. Di acara tersebut saya diminta untuk bercerita tentang foto saya, perjalanan fotografi, memberikan tanda tangan untuk fans dan menulis dedikasi kepada pelanggan yang membeli foto saya. Foto saya dijual cukup mahal dengan harga mulai dari USD 5.000. Pada event tersebut, saya merasa seperti selebriti di sana.

Saya bangga sekali setelah mengetahui 3 hal ini setelah acara tersebut:

– Saya adalah orang Indonesia pertama yang fotonya berhasil masuk di galeri National Geographic Amerika

– Foto “Orangutan in The Rain” saya adalah satu-satunya foto dari Indonesia di sana dan memecahkan rekor penjualan foto tercepat

– Saya orang Indonesia pertama yang diundang untuk mengadakan meet and greet oleh National Geographic.

Foto-foto event bisa dilihat di website saya di website. Sepertinya dengan event tersebut, National Geographic sudah membuat saya lebih terkenal di Amerika daripada di Indonesia.

Ke depannya saya akan melanjutkan kerja sama dengan National Geographic dalam bidang edukasi fotografi dan eksplorasi banyak destinasi di Indonesia.

Bagaimana proses kreatif sebagai fotografer di Nat Geo?

Saya sering sekali mendapatkan pertanyaan ini. Mungkin orang-orang di sini sering berpikir ada “channel” khusus untuk bisa masuk ke National Geographic. Sayangnya, jawabannya adalah tidak ada.

National Geographic mempunyai cara yang unik sekali untuk menemukan fotografer. Mereka sendiri yang akan mengontak fotografernya kalau mereka menilai karyanya cukup baik untuk dipublikasikan dan fotografernya cukup solid secara keseluruhan. Kalau ingin menampilkan karyanya, fotografer bisa meng-upload foto mereka ke bagian Your Shot di website National Geographic.

Tetapi National Geographic bukan hanya melihat dari situ saja. Mereka pun melihat website portfolio sang fotografer (website resmi, bukan akun sosial media), kemampuan presentasi sang fotografer dan seberapa dalam pengetahuan sang fotografer tentang subjek yang di foto. Banyak fotografer National Geographic memulai karier dari bidang yang tidak ada hubungannya dengan fotografi dan banyak sekali yang memiliki gelar sarjana bahkan sampai S3.

Ini menunjukkan bahwa kemampuan lain seperti presentasi dan pengetahuan yang mendalam tentang subjek yang difoto adalah elemen yang sangat penting jika ingin bekerja sama dengan National Geographic.

Kenali Still-Life Photography

Kenali Still-Life Photography

Kenali Still-Life Photography – Pernahkah kalian mendengar istilah fotografi still-life fotografi? Fotografi Still-life lebih dari sekadar menangkap suasana/momen yang ada pada saat pemotretan, melainkan menciptakan sebuah gambar yang menarik. Fotografi Still-life adalah jenis fotografi yang menggambarkan objek / benda mati, dan biasanya menampilkan benda-benda yang saling berhubungan seperti menceritakan sesuatu. Dalam menyusun foto kamu, maka mulailah dari memperhatikan latar belakang, kemudian subjek, dan selanjutnya pencahayaan.

Jika kamu menggunakan subjek benda mati seperti anggur, apel, kunci, dan segelas susu, maka subjek kamu cenderung diam/tidak bergerak sehingga memungkinkan kamu untuk mengambil waktu dalam melakukan berbagai perbaikan terhadap pencahayaan, serta bereksperimen dengan komposisi kamu. Ini merupakan cara yang bagus untuk belajar mengenai pencahayaan dan komposisi, dimana hal-hal tersebut merupakan elemen-elemen kunci untuk setiap jenis fotografi.idnpoker

Kenali Still-Life Photography

Ragam fotografi still-life berbeda dari jenis fotografi lainnya seperti landscape atau portrait. Still life mempu memberikan ruang yang cukup bagi fotografer untuk menyusun elemen desain dalam sebuah komposisi. Namun, untuk jenis fotografi seperti ini, fotografer dituntut untuk lebih menghadirkan  ‘rasa’ dan penggunaan pencahayaan yang halus dan lembut. Terkadang, kualitas gambar still-life yang bagus menjadikannya menantang untuk difoto. www.benchwarmerscoffee.com

Potret tentang kehidupan (still life photography), baik itu benda hidup/mati memiliki banyak kegunaan. Misalnya, kamu memotret produk atau gambar tertentu untuk tugas majalah, maka kamu memiliki akses yang tak terbatas untuk menghasilkan fotografi still-life yang keren. Dibalik kepercayaan masyarakat pada umumnya, still-life photography tidak hanya terbatas pada gambar apel dan anggur serta segelas kopi atau kunci.Bahkan sesuatu seperti gulungan seni yang terikat oleh benang bisa menjadi hal yang menarik serta memberikan daya tarik visual yang luar biasa.

Pada umumnya, orang-orang masih menganggap bahwa fotografi still-life jauh lebih mudah untuk dilakukan dari pada jenis fotografi lainnya seperti olahraga atau landscape. Karena dengan menggunakan subjek benda mati seperti kunci, apel, dan anggur, kamu memiliki kontrol penuh terhadap komposisi kamu serta bagaimana mengatur atau menampilkan subjek benda mati tersebut persis seperti yang kamu inginkan.

Meskipun menantang, tapi kamu dapat menciptakan sebuah gambar berkualitas tinggi mengenai still-life subjek dengan menggunakan ketrampilan dasar fotografi yang kamu miliki, dan kemudian diikuti dengan melakukan beberapa tips dibawah ini. Berikut ini adalah beberapa tips sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mendapatkan foto still life yang keren dan menakjubkan.

1.  Buatlah Persiapan Yang Matang

Kamu tidak memerlukan sebuah studio atau lokasi yang mewah untuk membuat awal yang luar biasa dengan still-life photo kamu. Kamu dapat memulainya dengan hanya menggunakan ruang sederhana yang ada dirumah kamu, misalnya, menempatkan meja kamu dekat pada jendela, kemudian dilengkapi dengan latar belakang yang sederhana, yaitu dengan memanfaatkan beberapa lampu yang ada.

Dalam still-life photography, pilihan variabel pemotretan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan foto landscape atau portrait, sehingga membuat kamu sebagai fotografer memiliki kontrol penuh atas situasi, termasuk subjek kamu, tetapi kamu perlu kreatif dalam berpikir, sehingga kamu dapat menangkap subjek tersebut dengan cara yang menarik disertai dengan hasil yang menarik.

2.  Carilah Objek Yang Tepat

Pemilihan objek untuk pemotretan, sepenuhnya adalah pilihan kamu. Lakukanlah pencarian di sekitar rumah untuk melihat apakah kamu dapat menemukan sesuatu yang sederhana tapi menarik untuk memulai still-life photo kamu. Carilah objek yang kamu sukai, seperti benda-benda yang kamu koleksi, makanan / minuman, baju, perhiasan, tas, sepatu, hewan peliharaan, dan bunga. Dengan memilih objek yang menarik bagi kita, biasanya kita akan lebih semangat dan bergairah dalam memotret untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Jika kamu keluar untuk berjalan-jalan disekitar rumah kamu, dan kemudian sesuatu yang menarik muncul pada pemandangan kamu, maka ambilah beberapa untuk dibawah pulang (tidak mencuri), atau kalau tidak bisa, buatlah catatan mengenai hal tersebut untuk diingat, dan kemudian ambilah gambar tersebut dalam bentuk still-life photo. Cobalah untuk menghindari permukaan yang dapat memberikan pantulan cahaya seperti kaca dan logam saat kamu hendak memulainya, karena hal tersebut berkaitan dengan pencahayaan yang tepat. Setelah kamu menguasai potret tentang objek tunggal, maka cobalah untuk menggabungkannya, yaitu menggabungkan objek yang berbeda bentuk, warna, tekstur/tampilan, dan lihatlah yang kamu hasilkan.

3.  Lakukan Pencahayaan Dengan Tepat

Dalam fotografi, kualitas cahaya terbaik adalah cahaya matahari. Namun, tanpa adanya perencanaan yang matang, maka cahaya matahari bisa menyebabkan gambar menjadi kurang bagus. Pencahayaan tidaklah harus mahal. Ingat bahwa kamu memiliki kontrol penuh atas foto kamu. Jadi, jika kamu ingin menemukan sebuah ruangan di mana kamu dapat memblokir semua cahaya alami dengan menggunakan jendela atau tirai, maka kamu menciptakan teknik yang bagus untuk memiliki kontrol penuh terhadap cahaya pada subjek kamu.

Kenali Still-Life Photography

Pemakaian lampu standar untuk fotografi still-life dapat berjalan dengan sangat baik jika digunakan secara efektif. Pastikan untuk mencoba beberapa posisi pengaturan, karena tidak seharusnya semua cahaya muncul dari depan objek kamu, melainkan dari samping dan belakang, sehingga dapat menambah daya tarik tersendiri terhadap foto kamu. Atau, pilihlah ruangan dengan jendela yang pas untuk memperoleh cahaya yang tepat dalam jumlah yang sesuai. Cahaya alami dari satu sisi dapat menerangi subjek kamu, dan kamu dapat memanipulasi cahaya yang kamu terima secara langsung dengan menggunakan reflector, sehingga membuat foto kamu terlihat hidup, tajam, dan penuh daya tarik.

4.  Gunakanlah Tripod

Penggunaan tripod tergantung pada situasi pencahayaan kamu. Tripod memungkinkan kamu untuk mengamati dan memperhatikan subjek kamu dan menggunakan shutter speed lebih lama dari biasanya. Namun, jangan biarkan kamera kamu melumpuhkan kreativitasmu. Pastikan untuk memvariasikan sudut dan ketinggian di mana kamu memotret. Buatlah variasi sedikit. Cobalah untuk mengambil gambar pada posisi yang serupa dengan subjek kamu, atau cobalah untuk menggunakan teknik bird’s eye view (pandang seperti burung), yaitu melihat dari atas kebawah kepada subjek kamu, tapi berhati-hatilah jika kamu bergerak di sekitar lokasi pemotretan agar tidak melemparkan bayangan pada subjek kamu.

5.  Pilihlah Latar Belakang Yang Cocok

Memilih latar belakang yang cocok untuk subyek kamu, memainkan peranan penting dalam keberhasilan secara menyeluruh suatu pemotretan. Adalah hal yang sangat bagus untuk tetap menjaga latar belakang tetap kelihatan bagus dan sederhana, agar tidak mengganggu subjek kamu. Disamping itu juga, pikirkan tentang bagaimana pilihan latar belakang kamu kontras dengan subjek kamu. Apakah kamu ingin latar belakang yang netral, atau variabel lain yang dapat memberikan nuansa yang berbeda kedalam subjek kamu. Latar belakang yang tepat memberikan kamu hasil yang bagus.

6.  Perhatikan Komposisi Kamu

Unsur komposisi untuk still life photography merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa pekerjaan kamu menarik dan unik. Pertimbangkan prinsip the rule of thirds, bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pemotretan kamu untuk menciptakan komposisi yang kuat. Pastikanlah bahwa tidak ada gangguan yang berarti dalam pemotretan kamu, yang mana hanya terdapat subjek serta latar belakang. Pastikan juga untuk memvariasikan komposisi subjek kamu melalui bidikan dan berpikirlah kreatif.

7.  Manfaatkan Waktu Kamu

Bila terdapat orang yang mempercayakan kamu untuk untuk fotografi still life maka jangan disia-siakan. Ambil pekerjaan itu dan tunjukan profesionalismemu sekalipun itu merupakan kali pertama buat kamu untuk melakukannya. Jangan mencoreng kualitas kamu hanya karena persoalan ‘budget’ / ‘anggaran’. Demi kepuasan klien, maka pastikan bahwa semua aspek harus sempurna sebelum dijalankan / dieksekusi. Ingatlah bahwa rata-rata pemotretan still life dilakukan di dalam ruangan sehingga kamu memiliki waktu yang cukup panjang untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

Tidak seperti foto landscape, dimana kondisi pencahayaan terasa lebih cepat berubah dan terbatas untuk bergerak lebih leluasa karena hanya bisa sampai sore hari. Sedangkan still life, kamu memiliki waktu yang banyak dan tidak harus bergantung pada cahaya di siang hari. Oleh sebab itu, kamu lebih leluasa membuat pengaturan kamu, seperti tata letak subjek, lighting, posisi kamera, backdrop dan lain sebagainya karena kamu punya waktu sehari penuh untuk melakukan semuanya itu.

Deretan Fotografer Fashion Ikon

Deretan Fotografer Fashion Ikon

Deretan Fotografer Fashion Ikon – Para fotografer industri fashion yang paling sukses mempunyai cara untuk menangkap zeitgeist budaya kita dan mendokumentasikan perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Gaya yang khas dan unik, yang tidak dapat direplikasi oleh yang lain, merupakan apa yang membuat fotografer yang baik menjadi hebat. Dari Helmut Newton hingga Annie Leibovitz, postingan ini menampilkan fotografer mode ikonik 10 yang masing-masing sudah merevolusi mode dengan caranya sendiri.

Helmut Newton (1920 – 2004)

Dikenal sebagai ‘King of Kink’, Helmut Newton merupakan salah satu fotografer mode paling ikonik yang pernah hidup. Gaya provokatif dan khas yang terlihat pada gambar hitam dan putihnya masih sampai hari ini dapat dikenali. idn poker

Deretan Fotografer Fashion Ikon

Di 1957, Newton mendarat kontrak dengan British Vogue, dan sejak saat itu bekerja dengan klien dari Harper’s Bazaar ke Playboy. Dihormati dengan banyak penghargaan sepanjang kariernya, foto paling ikonik fotografer Prancis ini dikenal sebagai ‘Le Smoking’, menampilkan model merokok sebatang rokok dalam pakaian Yves Saint Laurent di Rue Aubriot di 1975 Paris. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Steven Meisel (1954 – sekarang)

Setelah memotret setiap sampul majalah Vogue Italia dari 1988 hingga hari ini serta setiap kampanye Prada sejak 2004, Steven Meisel adalah salah satu fotografer paling penting saat ini. Dia terkenal karena editorial fashion kontroversialnya, seperti salah satu model di sebuah lembaga mental untuk Vogue Italia, tetapi portofolionya juga mencakup gambar komersial untuk klien seperti Barney New York, Perry Ellis, Valentino, Versace, dan Gap. Fotografer Amerika juga dekat dengan selebriti, dan selain memotret dengan Mick Jagger, Tina Turner dan Whitney Houston di antara banyak lainnya, ia adalah orang di balik album 1984 Madonna, Like a Virgin.

Richard Avedon (1923 – 2004)

Richard Avedon merupakan seorang fotografer mode dan potret Amerika, dikenal karena menangkap emosi dan kepribadian dalam gambarnya. Untuk fakta yang menyenangkan, film 1957 Funny Face, yang dibintangi Audrey Hepburn, secara longgar didasarkan pada kehidupan awal Avedon. Selama kariernya, ia merekam total sampul 148 dari Vogue dan ia adalah salah satu fotografer staf editor busana legendaris Diana Vreeland, membawa visinya untuk hidup dengan memotret cerita-cerita fesyen imajinatif dan eksotis untuknya di seluruh dunia. Avedon juga berada di balik banyak iklan mode terkenal pada masanya, termasuk kampanye Calvin Klein dengan Brooke Shields 15-tahun, kampanye Revlon ‘The Most Unforgettable Women’, dan seri iklan untuk Gianni Versace yang dimulai dengan kampanye musim semi / musim panas 1980 .

Mario Testino (1954 – sekarang)

Sebagai salah satu fotografer yang lebih kontemporer dalam daftar ini, Mario Testino berasal dari Peru dan merupakan salah satu fotografer mode paling berpengaruh saat ini. Testino sering menangkap selebriti di lingkungan yang santai dan karirnya melejit di 1997 ketika dia memotret Putri Diana untuk sampul Vanity Fair. Dengan gaya yang tajam dan bersemangat, karya-karyanya mencakup campuran budaya dan komersial, dan beberapa kliennya adalah Burberry, Gucci dan Dolce & Gabbana, serta majalah mode dari Vogue hingga Vanity Fair.

Annie Leibovitz (1949 – sekarang)

Satu-satunya fotografer wanita yang terdaftar di sini, Annie Leibovitz adalah fotografer Amerika dengan salah satu estetika paling unik dan imajinatif saat ini. Dia dikenal karena memotret selebriti dan juga kisah-kisah fesyen magis, seperti salah satu karyanya yang terkenal dengan Natalia Vodianova sebagai Alice in Wonderland di Vogue. Pada awal kariernya Leibovitz menjadi kepala fotografer untuk Rolling Stone di 1973, sepuluh tahun kemudian ia bergabung dengan Vanity Fair dan juga mulai bekerja untuk Vogue. Selain bekerja di majalah, ia juga membuat kampanye sukses untuk klien seperti American Express dan Gap. Gambar-gambarnya yang paling ikonik termasuk foto Hilary Clinton di 1998, yang merupakan cover pertama Vogue dengan First Lady, dan foto terkenalnya John Lennon yang telanjang di sebelah Yoko Ono, diambil hanya beberapa jam sebelum dia dibunuh.

Irving Penn (1917 – 2009)

American Irving Penn adalah salah satu fotografer paling berpengaruh abad 20th. Selain memotret potret dan editorial busana, ia dikenal karena memotret gambar kehidupan modernis tentang makanan, logam, tulang, dan benda-benda kecil lainnya. Di 1943, ia benar-benar memotret penutup hidup Vogue yang pertama dan satu-satunya.

Deretan Fotografer Fashion Ikon

Dengan latar belakang artistik, Penn belajar menggambar, melukis, grafik dan karya seni industri di Sekolah Seni Industri Museum Philadelphia (sekarang Universitas Seni), yang dengan jelas diterjemahkan ke dalam fotografinya. Dengan penekanan pada bentuk dan bentuk, dan pekerjaan yang dicirikan oleh kesederhanaan, komposisi dan kejelasan, karirnya berlangsung hampir selama bertahun-tahun 70 dan kliennya termasuk Vogue, Issey Miyake, dan Clinique.

Paolo Roversi (1947 – sekarang)

Paolo Roversi dikenal karena gambar-gambar melamun, yang sering memiliki nada gelap dan atmosfer yang sedikit menghantui. Dia adalah fotografer kontemporer kelahiran Italia dan karya-karyanya telah ditampilkan di Marie Claire, edisi Italia Vogue dan Harper’s Bazaar, dan kampanye untuk merek-merek inovatif Jepang seperti Yohji Yamamoto dan Comme des Garçons. Karier Roversi dimulai di pertengahan 1970, ketika fotografer Inggris Lawrence Sackmann membawanya sebagai asisten dan mengajarkannya seluk-beluk menjadi fotografer profesional.

David Bailey (1938 – sekarang)

David Bailey adalah seorang fotografer Inggris, terkenal karena menangkap semangat 60 Berayun. Dia memiliki gaya yang lurus ke depan dan bersih, tetapi pada saat yang sama imajinatif dan pemikiran, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Di 1960, Bailey mendapatkan kontrak sebagai fotografer fesyen untuk British Vogue dan dia juga melakukan banyak pekerjaan freelance sepanjang era, memotret tokoh-tokoh ikonik seperti The Beatles, Andy Warhol, Mick Jagger, Jean Shrimpton, dan East End yang terkenal. gangster, si kembar Kray. Film Blowup (1966), disutradarai oleh Michelangelo Antonioni, terinspirasi oleh Bailey – dan di 2012 BBC membuat film dari pemotretan 1962-nya yang ikonik dengan Jean Shrimpton, berjudul I’ll Take Manhattan.

Bruce Weber (1946 – sekarang)

Bruce Weber menonjol di antara penonton karena gaya klasik Americana dan cara barunya menggambarkan model pria. Dia merupakan seorang fotografer Amerika dan pembuat film sesekali, dan gambar fesyen pertamanya muncul di 1970s akhir di majalah GQ. Gambar-gambar Weber dikenal mempunyai banyak kulit dan ia sering menampilkan pria yang hanya mengenakan pakaian dalam mereka, yang kontroversial sejak awal, namun sudah membuatnya menjadi salah satu fotografer mode paling ikonis. Dalam 1980s dan 1990, ia melanjutkan untuk merevolusi fotografi fashion pria dengan kampanye menampilkan bakhil Amerika yang cantik untuk merek seperti Calvin Klein, Ralph Lauren, dan Abercrombie & Fitch serta menyebar di majalah seperti Vogue, Elle dan Vanity Fair.

Peter Lindbergh (1944 – sekarang)

Dikenal sebagai salah satu dari fotografer pertama yang memasukkan narasi ke dalam editorialnya, Peter Lindbergh adalah seorang fotografer dan sutradara Jerman. Portofolionya termasuk sampul pertama Anna Wintour di Vogue di 1988 dan dia telah mengarahkan sejumlah film, film dokumenter dan film mode pendek yang diakui secara kritis. Sekitar tahun 1990, dalam karier awal Lindbergh, ia mengubah cara model digambarkan dan merupakan kekuatan pendorong besar di balik era supermodel. Dengan estetika yang menyerupai fotografi dokumenter, ia mulai memotret Naomi Campbell, Christy Turlington, Cindy Crawford, dan Linda Evangelista di antara yang lain dengan cara baru dan abadi, yang memanusiakan mereka dan meningkatkan keindahan alam mereka. Hari ini, potret-potret hitam-putih yang kuat, jujur, dan intim terus menonjol sebagai yang terbaik dalam mode kontemporer.

Back to top